Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung
Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak
saja mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai
resikonya.
ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka yang baru,
dibandingkan dengan mendaki gunung ataupun olahraga-olahraga alam
terbuka lainnya. Tidak banyak catatan yang dapat dibuka untuk mengetahui
asal mula olah raga ini. Yang pasti olah raga ini dimulai di Amerika
Serikat, setelah perang dunia II. Ketika beberapa orang enterpreneur
menyusuri sungai Colorado dengan perahu jenis Pontoon sisa perang dunia.
Kemudian perkembangannya menjadi pesat di tahun 60-an ketika teknologi
rancangan dan bahan untuk membuat perahu seperti yang kita kenal
sekarang ini mulai berkembang.
2 Sejarah Arung Jeram Dunia
Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia.
Pengarungan
ini dilakukan dengan menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai
menjadi rakit dan digunakan sebagai alat transportasi. Suku Indian di
Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib Indian
mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang primitif
menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian dikembangkan menjadi Bark Out
Canoe. Perahu ini dibuat dari tempelan papan kayu oleh orang Indian
Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo menciptakan Skin Corveal Craft,
yaitu perahu yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air.
Pada
abad 19 seorang boyscout bernama Mc greegor membuat kendaraan air ini
untuk rekreasi dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman,
maka meterial perahu pun berkembang dan mulai beralih ke plastik,
alumunium, fibberglass, dan karet.
Setelah Perang Dunia II selesai,
perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh para petualang
untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat
yang disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.
Di
tahun 1950, kegiatan ini mulai banyak digemari. Maka mulailah
diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang
naik dibagian depan dan belakangnya, dengan material yang kuat dan dapat
mengangkut orang dan perbekalan yang lebih banyak.
Pada tahun 1983
mulai muncul sebuah perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari
dalam perahu dengan nama Self Bailer yang diproduksi oleh Jim Cassady.
Selain jenis ini ,dikembangkan pula perhu jenis Kataraf. Perahu ini
dikembangkan oleh para Geologi Rusia. Desain perahu ini diadopsi dari
perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring dengan perkembangan
zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah bermunculan
sarana-srana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti, kayak,canoe,
board, dan lain sebagainya.
2.1 Sejarah Arung Jeram Indonesia
Negara
kita yang sebagian besar terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan
jika sejak dulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai.
Misalnya suku Dayak yang mengarungi sungai Mahakam atau Kapuas dengan
perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon yang dilubangi. Juga
suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai Membramo.
Mulai
trendnya kegiatan arus deras dengan perahu karet adalah pada saat
diselenggrakannya Lomba Arung sungai Citarum I yang diadakan oleh
kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung.
Momen
tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak perkembangan Olah Raga Arus
Deras/ Arung Jeram di Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian
besar kelompok-kelompok Pencinta Alam seperti GPA, Wanadri dan Mapala UI
yang kemudian mengadakan serangkaian kegiatan ekspedisi.
Tanpa
disadari, walaupun tidak terlalu pesat Olah Raga Arus Deras mulai
berkembang, pada tahun 1987 GPA pun melaksanakan ekspedisi sungai Alas
di Aceh sebagai bentuk eksisitensi di dunia Arus Deras atau pun
penyusuran sungai.
Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh 30 klub arung jeram.
3 Pengenalan Alat-alat Arung Jeram
Perlengkapan
merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan berarung jeram. Berikut
ini diuraikan beberapa peralatan yang umum digunakan :
1. Perahu Karet
Perahu
yang digunakan dalam berarung jeram bukan sekedar yang bisa mengambang.
Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara
otomatis (Self Bailing), dapat melakukan manuver dengan cepat, sangat
kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling mendukung bila ada salah
satu tabungnya ada yang bocor.
Ukuran Perahu karet sangat
bervariasi, dari 8 – 30 kaki. Yang biasanya dipergunakan untuk berarung
jeram antara 12 – 18 kaki, tergantung dari sungai yang akan diarungi.
Jenis-jenis perahu karet :
a) LCR (Landing Craft Rubber)
b) OVAL
Perahu
dengan rancangan bagian buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air
tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati
jeram besar.
Perahu dibagi atas dua golongan yaitu:
a) Non self Bailing Floor
Perahu
ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air
yang masuk kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi
dengan ember/gayung untuk membuang air.
b) Self Bailing Floor
Perahu
jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi
dengan lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk
kedalam perahu otomatis akan keluar dengan sendirinya.
2. Dayung
Dayung
sebagai alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat
dari bahan yang kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa
digunakan untuk berarung jeram :
a)Dayung kayu
Dayung ini lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.
b)Dayung Fiberglass
Dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai pemakainya.
c)Dayung Alumunium dan Plastik
Dayung
ini cukup ringan, mudah terapung, lebih kuat dari dayung lainnya.
Dayung jenis ini yang lebih banyak dipakai berarung eram.
Dayung yang
dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki.
Tetapi umumnya adalah 5 – 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu ukuran
panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan kekuatan awak,
diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai pendayung awak atau
pendayung kemudi/kapten.
3. Carabiner
Dalam kegiatan Arung Jeram sangat banyak gunanya,bisa dibuat untuk menggantungkan barang-barang, berguna untuk alat rescue.
4. Pelampung
Ada
dua jenis pelampung yang biasa digunakan yaitu pelampung padat dan
pelampung tiup. Jenis pelampung yang baik dan benar untuk berarung jeram
adalah pelampung yang sesuai dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus
tebal (dapat berfungsi sebagai penahan benturan terhadap benda keras).
Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat , perlu dipertimbangkan
mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan dibagian belakang kepala,
agar kepala tetap terapung tengadah, apabila tidak sadarkan diri.
5. Helmet
Mengarungi
sungai berjeram dengan letak batuan yang tidak beraturan atau sungai
dengan tingkat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan. Tujuannya
untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang
baik harus ringan, tahan air, dan tidak mengganggu pandangan maupun
gerakan.
6.Tali lempar (Throw Rope)
Panjangnya kurang lebih 30
meter. Tali ini digunakan untuk keadaan darurat dan dalam perahu harus
ada satu gulungan tali ini dari jenis kernmantel dinamis.
7. Tali untuk membalikan perahu (Flip Line)
Biasanya
dikaitkan disamping perahu. Apabila perahu terbalik maka tali ini dapat
digunakan untuk membalikan perahu ke posisi semula.
8. Pompa
Pompa
berguna untuk menjaga bila tabung perahu kempis. Sehingga alat tersebut
sebaiknya dibawa pada saat pengarungan. Selain pompa kaki (foot-pump),
terdapat pula pompa yang two barrel, artinya selain dapat memompa udara
kedalam perahu, juga dapat menyedot udara dari dalam perahu. Tidak
disarankan memompa perahu dengan menggunakan kompresor, karena udara
yang keluar dari kompresor adalah udara panas. Hal ini dapat menyebabkan
perahu pecah.
9. Peluit
Melakukan komunikasi lewat suara
sangatlah sulit karena suara deru jeram sangatlah keras. Untuk
mengatasinya digunakan peluit, yang dibantu abab-aba dengan tangan atau
dayung.
10. Dry Bag
Dry bag digunakan untuk menyimpan/membawa barang-barang yang tidak tahan air seperti makanan, medical kit, dan lain-lain.
11. Perlengkapan P3K
Mutlak harus dibawa. Jenis obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
12. Prusik
Prusik
yang kita bawa sebaiknya berukuran 50 – 60 % dari tali utama yang kita
gunakan atau sekitar 5 – 7 mm. Dengan memakai simpul Double Fisherman
ikatlah kedua ujung prusik menjadi loop (lingkaran). Sangat membantu
saat menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig unutk menarik perahu yang
terjebak rintangan di tengah sungai.
13. Pulley
Bisa juga
digunakan dengan carabiner untuk mengurangi friksi saat penggunaan tali
dengan menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig sehingga beban menjadi ringan
saat di tarik. Diameter Pulley adalah 2 inchi, berdasarkan bending
radius yang paling ideal. Tetapi sebenarnya dengan ukuran tersebut untuk
rescue kit terlalu berat dan kurang efektif, karena itu sekarang
terdapat Pulley dengan material yang sama tetapi berukuran lebih kecil
dengan kekuatan 3000 – 5000 pounds.
14. Pisau Saku (Pocket Knives)
Dengan
ukuran yang relatif kecil sehingga efisien untuk dibawa, dimasukan ke
dalam saku pelampung. Gunanya banyak sekali selain untuk survival kit.
Terdapat dua macam pisau yang biasa digunakan untuk berarung jeram,
yaitu single-blade dan double-blade. Hanya yang perlu diingat cara
menyimpannya agar tidak membahayakan diri sendiri.
4 Pengenalan Prosedur Arung Jeram
4.1Teknik Berarung Jeram
1. Posisi duduk di perahu
a) Cowboys Style
Posisi
mendayung ini dilakukan dengan cara duduk ditabung perahu dan posisi
kaki direnggangkan untuk menjepit tabung yang berfungsi menjaga
keseimbangan tubuh diperahu. Kelemahan duduk di posisi ini adalah kaki
yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena sebagian anggota
tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun
tebing yang ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style
biasanya diperagakan hanya pada arus yang tenang.
b) Ladies style
Posisi
ini digunakan dimana kedua kaki berada didalam perahu dan biasanya
ujung kaki diselipkan pada tempat yang telah disediakan. Posisi itu
sangat nyaman karena jauh dari benruran batu atau tebing.
2. Teknik mendayung
a) Teknik Oar
Dalam
teknik ini pendayung haya satu orang dengan menggunakan dayung tipe oar
yang digunakan berpasangan. Cara ini sangat efisien dalam penggunaan
tenaga pendayung, bila dibandingkan dengan teknik paddle. Teknik ini
membutuhkan suatu keterampilan tinggi dalam membaca arus dan menentukan
lintasan yang ada disungai arus deras.
b) Tekik Paddle
Teknik ini
dilakukan oleh tiga orang atau lebih tergantung dari kapasitas perahu
yang akan digunakan dalam berarung jeram. Dayung yang digunakan ada dua
jenis yaitu paddle berbilah satu dengan ukuran panjang 150 – 160 cm dan
berbilah dua dengan ukuran 162 cm dari kedua bilah membentuk sudut 90
derajat.
Cara mendayung
a) Dayung Maju (Forward Stroke)
Jika
blade dayung dimasukan kedalam air dan didorong ke belakang, maka akan
menimbulakan tenaga yang dapat menggerakkan perahu kedepan. Semakin
dalam memasukan blade dayung kedalam air ditambah dengan tenaga tarikan
yang kuat maka tenaga untuk menggerakan perahu kedepan akan besar pula.
Dayungan dengan tenaga yang besar ini diperlukan jika perahu harus
menerobos hole yang cukup besar, dimana diperlukan kecepatan perahu yang
cukup tinggi.
b) Dayung Balik (Backward Stroke)
Dayung balik atau
dayung mundur adalah jika blade dayung dicelupkan kedalam air lalu
dayung didorong kedepan maka akan menimbulkan tenaga yang dapat
menggerakan perahu ke belakang. Pada saat mendorong blade dayung kedepan
jangan menggunakan tangan sebagi poros putar karena tidak akan
menimbulkan dayungan yang bertenaga. Yang paling efektif adalah
menggunakan pinggang sebagai poros putar. Dayung balik ini sangat
efektif untuk mengurangi kecepatan perahu jika harus melakukan
manuver-manuver cepat jarak pendek.
c) Dayung Tarik (Draw Stroke)
Jika
blade dayung dimasukan kedalam air tetapi posisi badan menjulur keluar
untuk menempatkan blade dayung kedalam air agak jauh dari badan perahu,
lalu ditarik kearah badan perahu. Dayung tarik ini sangat efektif untuk
menggeser posisi perahu diatas air ketika melalkukan manuver perahu.
d) Dayung Menyamping (Pry Stroke)
Biasanya
dilakukan oleh skiper atau pengemudi yang duduk diburitan perahu.
Gerakan yang dilakukan merupakan kebalikan dari dayung tarik, dapat
sebagai pelengkap mengendalikan perahu. Dayung Pry Stroke dibagi menjadi
dua :
1. C Stroke
Dayung ini digunakan untuk membelokan perahu
dengan cepat, caranya dayung digerakan membentuk huruf “ C” baik dari
depan ke belakang ataupun sebaliknya.
2. J Stroke
Caranya dayung digerakan membentuk huruf “J” dari depan ke belakang. Biasanya digunakan untuk mempertahankan kemiringan.
3. Scaling
Digunakan
dalam mempertahankan kemiringan sudut arah perahu dan juga bila
memasuki jeram. Sangat efektif untuk mengemudikan perahu tanpa bantuan
awak perahu lainnya. Caranya dengan mengkombinasikan beberapa dayungan
atau semua dayungan tersebut diatas.
3. Aba- aba dan komunikasi diatas perahu
Dalam
berarung jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan
pengarungan adalah menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten
inilah yang nantinya memberikan aba-aba kepada awak lainnya. Aba-aba
yang diinstruksikan antara lain :
a) Aba–aba maju digunakan untuk
mempercepat laju perahu kedepan dengan cara semua awak perahu mendayung
bersamaan sedangkan skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu
ketempat yang akan dituju.
b) Aba–aba kuat digunakan untuk menambah
kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara mendayung dengan seluruh
tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik kebelakang
dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung
pancung
c) Aba–aba kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah
perahu kearah kiri, dengan cara awak perahu yang duduk disebelah kanan
mendayung maju sedangkan awak perahu disebelahkiri mendayung mundur.
d)
Aba–aba kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke
arah kanan dengan cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak
perahu bagian kanan mendayung mundur.
e) Aba–aba stop digunakan bukan
berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan memberhentikan gerakan
mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah pemandu atau
skipper unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat
mengistirahatkan awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.
f)
Aba-aba pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk
menghindarkan dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap).
Caranya bila kapten menginstruksikan untuk pindah kiri maka awak perahu
yang disebelah kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu begitu juga
sebaliknya. Instruksi ini harus dilakukan dengan gerakan yang cepat
karena kalau terlambat akan menyebabkan perahu terbalik.
4. Padlle Manuver
Dasar
utama melakukan paddle manuver yaitu dengan ferrying. Caranya arahkan
sudut perahu kesebelah kiri atau kesebelah kanan dengan membentuk sudut
45 derajat arah arus lalu diikuti oleh awak perahu dengan mendayung
kedepan secara bersamaan atau disebut juga ferrying 45 yang fungsinya
menghindari stopper atau batu dijeram.
Ada dua jenis padlle manuver, yaitu :
a) Up Stream Ferrying artinya gerakan laju perahu kehulu sungai.
b)
Down Stream Ferrying artinya gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada
intinya sama dengan Up Stream namun bedanya ini menuju ke hilir.
5. Scouting
Adalah
pengamatan awal sebelum mengarungi riam. Scouting dilakukan dengan dua
cara yaitu scouting darat dan scouting diatas perahu.
a) Scouting darat
Scouting
ini didarat dimana perahu kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan
kaki menyusuri sungai Sambil mengamati jeram-jeram yang akan dilalui.
Scouting ini dilakukan bila riam yang ada didepan kita tidak terlihat
sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan atau permukaan sungai
yang tiba-tiba hilang.
b) Scouting diatas perahu
Scouting ini
dilakukan diatas perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih dahulu.
Scouting ini digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu
keputusan dalam memasuki suatu jeram. Scouting ini biasa juga disebut
dengan istilah “Read and Run”.
4.2 Karakteristik Sungai
Karakteristik sungai yang satu dengan yang lainnya berbeda. Faktor utama yang membedakannya adalah :
a) Volume air
Besarnya
volume air sungai tergantung daerah aliran sungai yang dialirinya dan
juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Volume
air atau debit air sungai dapat dihitung dalam satuan cfs, atau meter
kubik per detik (m3/det). Mengetahui volume air sangatlah penting untuk
memperhitungkan tingkat kesulitan sehingga dapat memperkirakan resiko
yang akan dihadapi dalam pengarungan. Umumnya, jika volume air meningkat
maka akan berbanding lurus dengan tingkat kesulitannya., begitu juga
sebaliknya.
b) Tingkat kemiringan atau kecuraman
Biasanya disebut
juga dengan gradien yaitu menunjukan rata-rata penurunan dalam suatu
jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat
kecuraman yang berbeda, gradien dapat dihitung dari peta topografi.
Besarnya dinyatakan dala m/km. Umumnya gradien sungai untuk kegiatan
arung jeram berkisar antara 10 – 20 m/km. Kecuraman atau kemiringan
sungai dapat dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kecepatan dan
kesulitan alur aliran sungai.
c) Tonjolan dasar sungai (Roughness)
Letak
batuan atau tonjolan didasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan
turbulensi aliran sungai. Semakin tidak beraturan letak batu didasar
sungai semakin besar pusaran airnya. Terjadinya sebuah jeram sangat
ditentukan oleh bentuk dan ukuran serta tata letak dari batuan yang
berada dibawah permukaan air sungai.
d) Penyempitan lebar penampang sungai (Constriction)
Penampang
sungai tidak selalu sama lebarnya. Semakin sempit penampang sungai,
semakin deras arusnya. Biasanya setelah penyempitan maka akan terbentuk
ombak beruntun.
Bentuk–bentuk arus sungai (Riam)
Riam adalah
berbagai macam bentuk dan kecepatan aliran sungai, baik dari permukaan
hinga dasar sungai. Biasanya arus tercepat adalah ketika mendekati
permukaan. Berikut bentuk-bentuk arus yang ada di sungai.
a) Aliran Utama (Main Flow)
Arus
sungai yang paling cepat adalah aliran utama. Aliran utama marupakan
bagian dari lintasan sungai yang paling baik untuk diarungi karena
merupakan daerah paling dalam dan paling cepat arusnya , selain itu juga
paling aman dan paling menyenangkan.
b) Jeram (Rapid)
Merupakan
bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan turbulensi. Barisan
jeram pada umumnya diselingi dengan lubuk sungai, yaitu bagian dari
sungai yang dalam dan mengalir tenang.
Jeram terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu:
1. Lidah Air (Tongue)
Terbentuk
diantara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan
percepatan. Bentuknya menyerupai huruf “V”. umumnya merupakan lintasan
yang terbaik untuk diarungi.
2. Gelombang Tegak (Standing Wave)
Karena
penurunan dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa
tonjolan batuan yang menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan
gelombang terbesar, selanjutnya lebih kecil dan akhirnya menjadi datar
kembali. Barisan gelombang ini terbentuk setengah lidah air.
3. Gelombang Balik (Reversal)
Merupakan arus yang berputar dari bawah keatas dan membalik kearah hulu disebabkan penurunan dasar sungai secara ekstrim
Ada tiga jenis gelombang balik
a) Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air.
b) Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk diding yang hampir vertikal.
c) Gelombang pecah, disebabkan oleh kemiringan didasar sungai dan tiba-tiba mendatar kembali.
4. Arus Balik (Eddies)
Arus balik adalah tempat dimana arus sungai seakan-akan berhenti atau mengalir balik kearah hulu dan seperti pusaran.
Macam-macam eddies :
a)
Mid stream eddies adalah eddy yang terletak ditengah sungai, seperti
ada rintangan atau batu ditengah sungai , maka akan terbentuk eddy
ditengah sungai dibalik rintangan itu.
b) Short Line Eddies adalah
eddy yang terletak dipinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan
atau lengkungan di pinggir sungai.
Tingkat kesulitan sungai menurut skala Internasional
1. Skala I : “Easy”
Berombak-ombak kecil, tanpa hambatan yang berarti.
2. Skala II : “Medium”
Riam
yang tidak begitu sulit dilalui denganlintasan yang bersih dari
batu-batu. Memerlukan pengalaman dan perlengkapan perahu yang memadai
3. Skala III : “Difficult”
Banyak
ombak tinggi, tidak beraturan, berbatu-batu, arus balik, riam-riam
dengan lintasan yang bersih dari batuan. Biasanya memerlukan scouting,
membutuhkan perahu yang baik dan tim yang terlatih
4. Skala IV : “ Very Dificulty”
Jeram-jeram
yang panjang, ombak-ombak yang kuat, tak beraturan, jeram yang satu
diikuti dengan jeram yang lainnya. Arus balik yang kuat, sukar melakukan
scouting. Diperlukan kekuatan penuh dan kecepatan manuver, serta perahu
dan peralatan yang sangat baik.
4.3 River Rescue
Pengarungan
sungai akan lebih aman apabila dilakukan dua atau lebih perahu yang
melakukan secara bersama-sama, tetapi akan lebih baik lagi apabila
perahu-perahu tersebut didampingi oleh lead raft yang selalu berada
didepan dan sweep raft yang bertugas menyapu dibelakang.
Lead raft
biasanya terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dan bertindak
sebagai penunjuk jalan bagi perahu sesudahnya. Sedangkan sweep raft yang
berisi orang-orang yang ahli juga tetapi berfungsi sebagai back up pada
perahu yang ada didepannya.
Ketika terjadi kecelakaan/masalah di
sungai, dibutuhkan orang yang segera bertindak dan melakukan
tindakan-tindakan yang tepat dan memang diperlukan.
Self Rescue
Seorang
rafter harus mampu melakukan self rescue dengan baik. Seperti :
bagaimana cara berenang dengan teknik agresif atau defensif, bagaimana
membalikan perahu terbalik dengan cepat serta mengamankan atau
menolongkan awak perahu yang terjatuh kesungai.
1. Berenang di sungai
Berenang
di sungai berbeda dengan berenang di kolam renang. Disungai berjeram
pendayung harus mengetahui letak eddies, arus yang kuat serta
tanda-tanda bahaya yang akan dihadapi. Yang pasti ketika berenang di
sungai harus relax dan aman.
Ada dua jenis teknik berenang di sungai
berjeram, yaitu agresif (berenang dengan gaya bebas) dan defensif
(berenang dengan gaya punggung dengan kaki menghadap ke hilir) atau
kombinasi kedua gaya tersebut dengan teknik sebagai berikut : berusaha
tetap tenang, mengahadap kearah downstream, berenang dengan gaya
punggung dengan kaki diangkat kepermukaan air dan kaki di depan (kearah
downstream) serta tangan kesamping untuk mencari irama arus dan bernafas
di lembah gelombang. Kalau perlu putar kepala kekiri atau kekanan kalau
ada ombak atau gelombang dan setelah melihat eddies arahkan tangan ke
wilayah dalam eddies dan rubah posisi renang dengan teknik agresif.
2. Re-Flip
Jika
suatu saat perahu terbalik karena sesuatu hal, awak perahu harus segera
membalikan kembali perahu dan menolong teman-temannya yang hanyut..
Membalikan perahu dapat menggunakan tali flip yang berada dipiggir
perahu.
Seorang rafter yang terlatih dapat menaiki perahu dari semua
sisi tetapi yang paling mudah untuk dinaiki adalah bagian depan dan
belakang perahu dengan cara memegang self bailer. Pada saat membalikan
perahu harus hati-hati ketika menjatuhkan diri ke air, karena apabila
menjatuhkan diri mengenai batu maka bahaya lanjutan akan dihadapi.
3. Hole dan Dam
Kekuatan
arus balik yang tinggi pada hole yang besar serta dam dapat membuat
awak perahu atau pendayung berputar-putar tanpa menemui jalan keluar.
Pelampung yang dipakai mungkin tidak cukup membuat awak perahu tersebut
mengapung dan apabila ini terjadi maka harus menggunakan teknik
bagaimana keluar dari jebakan arus putar tersebut.
Satu-satunya jalan
keluar adalah pada bagian bawah arus sungai. Awak perahu diharuskan
tidak panik dan mengingat mana arus yang membuat dia berbalik arah
semula (Back Wash) dan mana arus yang bawah (dorongan dari upstream)
yang kuat. Pada posisi backwash adalah posisi tempat dimana pendayung
bernafas dan setelah itu apabila kita pada posisi air jatuh, maka posisi
yang terbaik posisi jongkok dengan memegang-melingkari kaki dan
mengikuti arus bawah yang akan membawa kita ke posisi outflow dan
setelah itu berenanglah ke pinggir sungai. JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK
KELUAR DARI HOLE …!!
Pada dam, kejadian akan lebih sulit lagi. Hanya
ada satu syarat pada dam, yaitu “ jangan lewati jenis jeram seperti ini
karena anda akan diputar sampai air sungai menjadi kering.
4. Strainers and Sweepers
Strainers
dan sweepers terjadi disebabkan oleh halangan pohon atau batangan bambu
yang melintang dipermukaan sungai. Strainers atau sweepers dapat
menahan pelampung atau dayung yang tercebur disungai pada ranting atau
penghalang yang berada dibawah permukaan strainer.
Cara melewati
strainers adalah dengan cara : apabila kita sudah mendekati strainers
maka teknik berenang dirubah menjadi agresif dan dengan sekuat tenaga
melompati penghalang tersebut. Ingat, arus strainer tersebut sangat kuat
sehingga dapat menyedot kita kebawah.
5. Menolong perenang dari atas perahu
Ketika
perahu mengalami benturan dengan batu atau jeram yang besar, mungkin
ada satu atau dua penumpang yang jatuh ke sungai, maka pendayung yang
berada diatas perahu harus melakukan pertolongan dengan cepat agar tidak
mengalami situasi yang lebih berbahaya yaitu dengan cara :
Dekatkan
perahu dengan perenang , apabila jauh gunakan T-Grip agar dia bisa
meraihnya. Setelah meraih perenang, hadapkan pada perahu dan pegang
bagian pundak serta tarik dengan cepat keatas perahu. Selama menolong
perenang perahu harus pada posisi siap dalam memasuki jeram-jeram
berikutnya, karena jangan sampai semua penumpang menjadi perenang.
6. Wrap
Wrap
adalah kondisi dimana perahu terjebak di batu dimana salah satu sisi
perahu dibawah permukaan air atau seluruh sisinya terjebak dibawah
permukaan air/tertahan oleh batu. Perahu yang mengalami wrap diatas
batu-mungkin masih menyisakan temapat untuk pendayung diatas batu,
tetapi apabila kejadian wrap ditebing maka keadaan bahaya menunggu
seluruh pendayungnya, karena kita tidak tahu apa yang ada dalam
permukaan air. Oleh karena itu seorang rafter jangan pernah berpikir
untuk melakukan kesalahan manuver sehingga menyebabkan wrap.
Apabila keadaan wrap terjadi, maka jangan panik. Lakukan prioritas rescue, yaitu :
a) Keamanan diri sendiri
b) Keamanan dari setiap pendayung
c) Baru keamanan perlengkapan
Z drag
Z-Drag
system adalah sistem tali yang populer unutk rescue perahu yang
mengalami wrap Z-Drag System yang dasar adalah 3 : 1, (Lihat Gambar)
dimana dibutuhkan satu tali yang panjang, pulley, carabiner, prusik, dan
webing unutk anchor. System ini bisa dikembangkan sampai 9 : 1.
( Sumber : http://gpasman2.wordpress.com )
Khidir dan Musa
7 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar