Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

okezon

"Iklan Cagub DKI Jangan Seperti Pengobatan Alternatif"

Tegar Arief Fadly - Okezone
Senin, 14 Mei 2012 02:50 wib wib
(foto:Heru/okezone)
(foto:Heru/okezone)
JAKARTA- Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DKI Jakarta mengingatkan sejumlah media dan kandidat cagub-cawagub DKI untuk tidak melakukan publikasi dalam bentuk iklan di media yang mengandung unsur ajakan untuk mendukung salah satu kandidat.

Sebab, masa kampanye kandidat baru akan dimulai pada tanggal 24 Juni sampai 7 Juli mendatang.

Menurut Ketua KPID DKI Jakarta Hamdani Masil, lembaga-lembaga penyiaran harus mematuhi ketentuan-ketentuan dalam UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) yang terkait dengan penyiaran Pemilukada.

“KPID mengimbau kepada lembaga penyiaran dan pasangan calon, agar iklan yang dilakukan sebelum masa kampanye tidak menampilkan atribut. Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar iklan kandidat Gubernur lebih cerdas, tidak seperti iklan-iklan pengobatan alternatif yang kita tegur karena menjanjikan kesembuhan sekejap,” jelas Hamdani dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/5/2012).

Untuk mengantisipasi hal ini, pihak KPID DKI Jakarta telah bekerja sama dengan KPI, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta. Kesepakatan kerjhasama tersebut antara lain adalah pengetatan pengawasan penyiaran terkait Pemilukada.

“Segala hal yang terkait dengan Pemilukada akan kami pantau. Kami juga membuka aduan dari masyarakat apabila mereka menemukan pelanggaran-pelanggaran di dalam iklan dan program yang disiarkan. Tindakan atau sanksi akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” lanjut Hamdani.
(ugo)
SUMBER :
http://jakarta.okezone.com/read/2012/05/14/505/628925/iklan-cagub-dki-jangan-seperti-pengobatan-alternatif

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

OKEZON

Perilaku Merokok di Kalangan Anak Memprihatinkan

Rabu, 9 Mei 2012 18:36 wib
Perilaku merokok di kalangan anak-anak Indonesia semakin hari, kian memprihatinkan. Bagaimana tidak, hal itu kini menjadi sorotan publik, tak hanya di dalam negeri, namun media massa internasional.

Setelah beberapa waktu lalu, ada nama Sandi, balita asal Malang, Jawa Timur dan Aldi, bocah berusia dua tahun asal Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang begitu maniak merokok. Anak-anak itu, sanggup menghabiskan empat bungkus rokok kretek setiap hari.

Belakangan, muncul pemberitaan mengenai Ilham, bocah delapan tahun asal Sukabumi, Jawa Barat. Ia merokok sejak usia empat tahun. Bahkan, kerap mengamuk kalau permintaan untuk merokok tidak dipenuhi.

Kasus para perokok belia, bisa disebut fenomena puncak gunung es. Ada ribuan, bahkan puluhan ribu perokok belia di luar sana yang masih luput dari perhatian publik.

Tahukan Anda, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010? Secara nasional, prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang merokok sebesar 34,7 persen, dimana 28,2 persen adalah perokok setiap hari, dan 6,5 persen perokok kadang-kadang.

Yang memprihatinkan, hampir sebagian besar perokok aktif di Indonesia mulai merokok sejak usia belia. Sekitar 43,3 persen perokok, mulai merokok di usia 15-19 tahun, sekitar 17,5 persen mulai merokok di rentang usia 10-14 tahun dan 14,6 persen di usia 20-24. Bahkan di antara para perokok sebanyak 1,7 persen mulai merokok sejak usia lima sampai sembilan tahun.

Dari hasil analisis, dicatat perokok dengan umur mulai merokok di usia balita terbanyak dijumpai di Jawa Timur (22 persen). Disusul berikutnya adalah Jawa Tengah serta Jawa Barat di urutan kedua dan ketiga.

Perokok belia kini tak sungkan merokok di tempat umum, bahkan di rumah sendiri. Lingkungan tumbuh kembang anak saat ini memang cenderung mengondisikan bahwa perilaku merokok itu sebagai hal yang lumrah.
Pengaruh inisiasi merokok di kalangan anak dan remaja itu muncul dari lingkungan sekitar, mulai dari teman sepermainan, tetangga, kakak atau saudara, bahkan ironisnya, dari orang tua sendiri.

Riskesdas 2010 memperlihatkan, bahwa secara nasional prevalensi perokok umur 15 tahun ke atas yang merokok di dalam rumah mencapai 76,6 persen. Bahkan sekitar 68,5 persen perokok usia 15-24 merokok bersama anggota rumah yang lain.

Iklan dan promosi rokok pun mengepung dari segala penjuru, di dalam dan di luar rumah. Bahkan, seringkali iklan dan promosi rokok ini mengiringi berbagai acara dan kegiatan yang diikuti kalangan anak dan remaja.

Dengan kekuatan visualnya, iklan-iklan ini menyampaikan pesan perokok sebagai sosok yang keren, berani, percaya diri, kreatif dan setia kawan. Sangat mudah menggiring anak dan remaja, yang tengah mencari jati diri, untuk menjadi perokok pemula.

Pemerintah tentunya memiliki kewajiban melindungi generasi muda dari bahaya rokok ini. Salah satu alat legitimasi pemerintah dalam memenuhi kewajiban ini adalah melalui produk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai zat adiktif bagi Kesehatan, atau dikenal dengan RPP Tembakau. (adv)

SUMBER :
 http://news.okezone.com/read/2012/05/09/542/626791/perilaku-merokok-di-kalangan-anak-memprihatinkan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

OKEZON

Pemeriksaan Forensik Korban Rampung Malam Ini

Rizka Diputra - Okezone
Minggu, 13 Mei 2012 22:00 wib wib
(Heru Haryono/okezone)
(Heru Haryono/okezone)
JAKARTA - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia masih bekerja keras melakukan identifikasi mayat para korban Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

"Tim terus mengumpulkan bahan. Pemeriksaan dilakukan tim kedokteran forensik, odontologi forensik, antropologi forensik," ujar Kapusdokkes RS Polri, Brigjen Pol Musaddeq Ishak di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (13/5/2012).

Pengumpulan data ante mortem terhadap jenazah telah selesai termasuk data dari korban warga negara asing yang diperoleh dari Kedutaan Besar Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.

"Pengambilan sampel terhadap jenazah untuk pemeriksaan DNA, kita harapkan malam ini seluruh pemeriksaan forensik akan selesai," kata Musaddeq.

Dia menambahkan, data tersebut sudah masuk lengkap data 35 WNI, dari unsur warga negara asing delapan dari Rusia, satu Prancis, dan satu Amerika. "Dari 45 korban ante mortem sudah lengkap termasuk profil DNA," tandasnya.
(abe)

SUMBER  :
http://jakarta.okezone.com/read/2012/05/13/500/628834/pemeriksaan-forensik-korban-rampung-malam-ini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah SAR

Sejarah SAR

Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan "Black Area" bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.

Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.
Kesimpulan dari tim tersebut adalah :
  1. Perlu kesepakatan antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan peralatan;
  2. Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi dengan pusat fasilitas SAR;
  3. Pengawasan lalu lintas penerbangan dan pelayaran perlu diberi tambahan pendidikan SAR;
  4. Bantuan radio navigasi yang penting diharapkan untuk pelayaran secara terus menerus.
Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat sipil dan militer dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa :
  1. Instansi pemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat membantu kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.
  2. Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.
Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.
Hasil survey akhirnya dituangkan pada "Preliminary Recommendation" yang berisi saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan suatu organisasi SAR di Indonesia.

PERKEMBANGAN ORGANISASI BASARNAS
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). Adapun susunan organisasi BASARI terdiri dari :
    1. Unsur Pimpinan
    2. Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
    3. Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
    4. Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
    5. Unsur-unsur SAR
Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana operasional kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan musibah penerbangan dan pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan, antara lain Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di Sulawesi yang dikenal dengan operasi Tinombala.

Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S. Dono Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi menjadi anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di Amerika, sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan (Working Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.

Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan negara-negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia.

Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor Koordinasi Rescue).

Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).

Dengan diubahnya Pusarnas menjadi Basarnas, Kepala Pusarnas yang semula esselon II menjadi Kepala Basarnas esselon I. Demikian juga struktur organisasinya disempurnakan dan Kabasarnas membawahi 3 pejabat esselon II. Dalam perkembangannya keluar Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 80 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Basarnas, yang salah satu isinya mengenai pejabat esselon II di Basarnas, yaitu :
  1. Sekretaris Badan;
  2. Kepala Pusat Bina Operasi;
  3. Kepala Pusat Bina Potensi;
Adanya organisasi SAR akan memberikan rasa aman dalam penerbangan dan pelayaran. Sejalan dengan perkembangan moda transportasi serta kemajuan IPTEK di bidang transportasi, maka mobilitas manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam lingkup nasional maupun internasional mempunyai resiko yang tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan yang menimpa pengguna jasa transportasi darat, laut dan udara. Penerbangan dan pelayaran internasional yang melintasi wilayah Indonesia membutuhkan jaminan tersedianya penyelenggaraan SAR apabila mengalami musibah di wilayah Indonesia. Tanpa adanya hal itu maka Indonesia akan dikategorikan sebagai "black area" untuk penerbangan dan pelayaran. Status "black area" dapat berpengaruh negatif dalam hubungan ekonomi dan politik Indonesia secara internasional. Terkait dengan maslah tersebut, Badan SAR Nasional sebagai instansi resmi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang SAR ikut mempunyai andil yang besar dalam menjaga citra Indonesia sebagai daerah yang aman untuk penerbangan dan pelayaran. Dengan citra yang baik tersebut diharapkan arus transportasi akan dapat bejalan dengan lancar dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian nasional Indonesia.

Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat mengenai pelayanan jasa SAR dan adanya perubahan situasi dan kondisi Indonesia serta untuk terus mengikuti perkembangan IPTEK, maka organisasi SAR di Indonesia terus mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu. Organisasi SAR di Indonesia saat ini diatur dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 79 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Dalam rangka terus meningkatkan pelayanan SAR kepada masyarakat, maka pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan yang mengatur bahwa Pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Menindak lanjuti Peraturan Pemerintah tsb, Basarnas saat ini sedang berusaha mengembangkan organisasinya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagai upaya menyelenggarakan pelaksanaan SAR yang efektif, efisien, cepat, handal, dan aman.

Berdasarkan kajian dan analisa kelembagaan, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada Tahun 2007 dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi BASARNAS menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang diatur secara resmi dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND, BASARNAS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Pada Perkembangannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), sehingga BASARNAS pun berubah menjadi BASARNAS (LPNK).

Sebagai LPNK, BASARNAS secara bertahap melepaskan diri dari struktur Kementerian Perhubungan. Namun hingga Tahun 2009, pembinaan administratif dan teknis pelaporan masih melalui Kementerian Perhubungan. Selanjutnya per Tahun 2007 BASARNAS (LPNK) akan langsung bertanggung jawab ke Presiden melalui  Sekretariat Negara (Setneg).
 

( Sumber : Website basarnas versi 1, www.basarnas.go.id )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah ARUM JERAM

Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya.
ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka yang baru, dibandingkan dengan mendaki gunung ataupun olahraga-olahraga alam terbuka lainnya. Tidak banyak catatan yang dapat dibuka untuk mengetahui asal mula olah raga ini. Yang pasti olah raga ini dimulai di Amerika Serikat, setelah perang dunia II. Ketika beberapa orang enterpreneur menyusuri sungai Colorado dengan perahu jenis Pontoon sisa perang dunia. Kemudian perkembangannya menjadi pesat di tahun 60-an ketika teknologi rancangan dan bahan untuk membuat perahu seperti yang kita kenal sekarang ini mulai berkembang.
2 Sejarah Arung Jeram Dunia
Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia.

Pengarungan ini dilakukan dengan menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai menjadi rakit dan digunakan sebagai alat transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang primitif menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat dari tempelan papan kayu oleh orang Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air.
Pada abad 19 seorang boyscout bernama Mc greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang dan mulai beralih ke plastik, alumunium, fibberglass, dan karet.
Setelah Perang Dunia II selesai, perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh para petualang untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang.
Di tahun 1950, kegiatan ini mulai banyak digemari. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya, dengan material yang kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan yang lebih banyak.
Pada tahun 1983 mulai muncul sebuah perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari dalam perahu dengan nama Self Bailer yang diproduksi oleh Jim Cassady. Selain jenis ini ,dikembangkan pula perhu jenis Kataraf. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologi Rusia. Desain perahu ini diadopsi dari perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah bermunculan sarana-srana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti, kayak,canoe, board, dan lain sebagainya.
2.1 Sejarah Arung Jeram Indonesia
Negara kita yang sebagian besar terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan jika sejak dulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya suku Dayak yang mengarungi sungai Mahakam atau Kapuas dengan perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon yang dilubangi. Juga suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai Membramo.
Mulai trendnya kegiatan arus deras dengan perahu karet adalah pada saat diselenggrakannya Lomba Arung sungai Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung.
Momen tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak perkembangan Olah Raga Arus Deras/ Arung Jeram di Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian besar kelompok-kelompok Pencinta Alam seperti GPA, Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan serangkaian kegiatan ekspedisi.
Tanpa disadari, walaupun tidak terlalu pesat Olah Raga Arus Deras mulai berkembang, pada tahun 1987 GPA pun melaksanakan ekspedisi sungai Alas di Aceh sebagai bentuk eksisitensi di dunia Arus Deras atau pun penyusuran sungai.
Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh 30 klub arung jeram.
3 Pengenalan Alat-alat Arung Jeram
Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan berarung jeram. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang umum digunakan :
1. Perahu Karet
Perahu yang digunakan dalam berarung jeram bukan sekedar yang bisa mengambang. Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bailing), dapat melakukan manuver dengan cepat, sangat kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling mendukung bila ada salah satu tabungnya ada yang bocor.
Ukuran Perahu karet sangat bervariasi, dari 8 – 30 kaki. Yang biasanya dipergunakan untuk berarung jeram antara 12 – 18 kaki, tergantung dari sungai yang akan diarungi.
Jenis-jenis perahu karet :
a) LCR (Landing Craft Rubber)
b) OVAL
Perahu dengan rancangan bagian buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati jeram besar.
Perahu dibagi atas dua golongan yaitu:
a) Non self Bailing Floor
Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember/gayung untuk membuang air.
b) Self Bailing Floor
Perahu jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi dengan lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk kedalam perahu otomatis akan keluar dengan sendirinya.
2. Dayung
Dayung sebagai alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa digunakan untuk berarung jeram :
a)Dayung kayu
Dayung ini lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.
b)Dayung Fiberglass
Dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai pemakainya.
c)Dayung Alumunium dan Plastik
Dayung ini cukup ringan, mudah terapung, lebih kuat dari dayung lainnya. Dayung jenis ini yang lebih banyak dipakai berarung eram.
Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 – 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai pendayung awak atau pendayung kemudi/kapten.
3. Carabiner
Dalam kegiatan Arung Jeram sangat banyak gunanya,bisa dibuat untuk menggantungkan barang-barang, berguna untuk alat rescue.
4. Pelampung
Ada dua jenis pelampung yang biasa digunakan yaitu pelampung padat dan pelampung tiup. Jenis pelampung yang baik dan benar untuk berarung jeram adalah pelampung yang sesuai dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi sebagai penahan benturan terhadap benda keras). Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat , perlu dipertimbangkan mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan dibagian belakang kepala, agar kepala tetap terapung tengadah, apabila tidak sadarkan diri.
5. Helmet
Mengarungi sungai berjeram dengan letak batuan yang tidak beraturan atau sungai dengan tingkat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan. Tujuannya untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang baik harus ringan, tahan air, dan tidak mengganggu pandangan maupun gerakan.
6.Tali lempar (Throw Rope)
Panjangnya kurang lebih 30 meter. Tali ini digunakan untuk keadaan darurat dan dalam perahu harus ada satu gulungan tali ini dari jenis kernmantel dinamis.
7. Tali untuk membalikan perahu (Flip Line)
Biasanya dikaitkan disamping perahu. Apabila perahu terbalik maka tali ini dapat digunakan untuk membalikan perahu ke posisi semula.
8. Pompa
Pompa berguna untuk menjaga bila tabung perahu kempis. Sehingga alat tersebut sebaiknya dibawa pada saat pengarungan. Selain pompa kaki (foot-pump), terdapat pula pompa yang two barrel, artinya selain dapat memompa udara kedalam perahu, juga dapat menyedot udara dari dalam perahu. Tidak disarankan memompa perahu dengan menggunakan kompresor, karena udara yang keluar dari kompresor adalah udara panas. Hal ini dapat menyebabkan perahu pecah.
9. Peluit
Melakukan komunikasi lewat suara sangatlah sulit karena suara deru jeram sangatlah keras. Untuk mengatasinya digunakan peluit, yang dibantu abab-aba dengan tangan atau dayung.
10. Dry Bag
Dry bag digunakan untuk menyimpan/membawa barang-barang yang tidak tahan air seperti makanan, medical kit, dan lain-lain.
11. Perlengkapan P3K
Mutlak harus dibawa. Jenis obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
12. Prusik
Prusik yang kita bawa sebaiknya berukuran 50 – 60 % dari tali utama yang kita gunakan atau sekitar 5 – 7 mm. Dengan memakai simpul Double Fisherman ikatlah kedua ujung prusik menjadi loop (lingkaran). Sangat membantu saat menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig unutk menarik perahu yang terjebak rintangan di tengah sungai.
13. Pulley
Bisa juga digunakan dengan carabiner untuk mengurangi friksi saat penggunaan tali dengan menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig sehingga beban menjadi ringan saat di tarik. Diameter Pulley adalah 2 inchi, berdasarkan bending radius yang paling ideal. Tetapi sebenarnya dengan ukuran tersebut untuk rescue kit terlalu berat dan kurang efektif, karena itu sekarang terdapat Pulley dengan material yang sama tetapi berukuran lebih kecil dengan kekuatan 3000 – 5000 pounds.
14. Pisau Saku (Pocket Knives)
Dengan ukuran yang relatif kecil sehingga efisien untuk dibawa, dimasukan ke dalam saku pelampung. Gunanya banyak sekali selain untuk survival kit. Terdapat dua macam pisau yang biasa digunakan untuk berarung jeram, yaitu single-blade dan double-blade. Hanya yang perlu diingat cara menyimpannya agar tidak membahayakan diri sendiri.
4 Pengenalan Prosedur Arung Jeram
4.1Teknik Berarung Jeram
1. Posisi duduk di perahu
a) Cowboys Style
Posisi mendayung ini dilakukan dengan cara duduk ditabung perahu dan posisi kaki direnggangkan untuk menjepit tabung yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh diperahu. Kelemahan duduk di posisi ini adalah kaki yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena sebagian anggota tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun tebing yang ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style biasanya diperagakan hanya pada arus yang tenang.
b) Ladies style
Posisi ini digunakan dimana kedua kaki berada didalam perahu dan biasanya ujung kaki diselipkan pada tempat yang telah disediakan. Posisi itu sangat nyaman karena jauh dari benruran batu atau tebing.
2. Teknik mendayung
a) Teknik Oar
Dalam teknik ini pendayung haya satu orang dengan menggunakan dayung tipe oar yang digunakan berpasangan. Cara ini sangat efisien dalam penggunaan tenaga pendayung, bila dibandingkan dengan teknik paddle. Teknik ini membutuhkan suatu keterampilan tinggi dalam membaca arus dan menentukan lintasan yang ada disungai arus deras.
b) Tekik Paddle
Teknik ini dilakukan oleh tiga orang atau lebih tergantung dari kapasitas perahu yang akan digunakan dalam berarung jeram. Dayung yang digunakan ada dua jenis yaitu paddle berbilah satu dengan ukuran panjang 150 – 160 cm dan berbilah dua dengan ukuran 162 cm dari kedua bilah membentuk sudut 90 derajat.
Cara mendayung
a) Dayung Maju (Forward Stroke)
Jika blade dayung dimasukan kedalam air dan didorong ke belakang, maka akan menimbulakan tenaga yang dapat menggerakkan perahu kedepan. Semakin dalam memasukan blade dayung kedalam air ditambah dengan tenaga tarikan yang kuat maka tenaga untuk menggerakan perahu kedepan akan besar pula. Dayungan dengan tenaga yang besar ini diperlukan jika perahu harus menerobos hole yang cukup besar, dimana diperlukan kecepatan perahu yang cukup tinggi.
b) Dayung Balik (Backward Stroke)
Dayung balik atau dayung mundur adalah jika blade dayung dicelupkan kedalam air lalu dayung didorong kedepan maka akan menimbulkan tenaga yang dapat menggerakan perahu ke belakang. Pada saat mendorong blade dayung kedepan jangan menggunakan tangan sebagi poros putar karena tidak akan menimbulkan dayungan yang bertenaga. Yang paling efektif adalah menggunakan pinggang sebagai poros putar. Dayung balik ini sangat efektif untuk mengurangi kecepatan perahu jika harus melakukan manuver-manuver cepat jarak pendek.
c) Dayung Tarik (Draw Stroke)
Jika blade dayung dimasukan kedalam air tetapi posisi badan menjulur keluar untuk menempatkan blade dayung kedalam air agak jauh dari badan perahu, lalu ditarik kearah badan perahu. Dayung tarik ini sangat efektif untuk menggeser posisi perahu diatas air ketika melalkukan manuver perahu.
d) Dayung Menyamping (Pry Stroke)
Biasanya dilakukan oleh skiper atau pengemudi yang duduk diburitan perahu. Gerakan yang dilakukan merupakan kebalikan dari dayung tarik, dapat sebagai pelengkap mengendalikan perahu. Dayung Pry Stroke dibagi menjadi dua :
1. C Stroke
Dayung ini digunakan untuk membelokan perahu dengan cepat, caranya dayung digerakan membentuk huruf “ C” baik dari depan ke belakang ataupun sebaliknya.
2. J Stroke
Caranya dayung digerakan membentuk huruf “J” dari depan ke belakang. Biasanya digunakan untuk mempertahankan kemiringan.
3. Scaling
Digunakan dalam mempertahankan kemiringan sudut arah perahu dan juga bila memasuki jeram. Sangat efektif untuk mengemudikan perahu tanpa bantuan awak perahu lainnya. Caranya dengan mengkombinasikan beberapa dayungan atau semua dayungan tersebut diatas.
3. Aba- aba dan komunikasi diatas perahu
Dalam berarung jeram langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengarungan adalah menunjuk seorang trip leader atau kapten. Kapten inilah yang nantinya memberikan aba-aba kepada awak lainnya. Aba-aba yang diinstruksikan antara lain :
a) Aba–aba maju digunakan untuk mempercepat laju perahu kedepan dengan cara semua awak perahu mendayung bersamaan sedangkan skipper tetap mempertahankan sudut arah perahu ketempat yang akan dituju.
b) Aba–aba kuat digunakan untuk menambah kecepatan maksimal perahu kedepan dengan cara mendayung dengan seluruh tenaga dan bilah dayung dibuang jauh kedepan lalu ditarik kebelakang dengan interval waktu yang cepat dan biasanya dikenal dengan dayung pancung
c) Aba–aba kiri mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu kearah kiri, dengan cara awak perahu yang duduk disebelah kanan mendayung maju sedangkan awak perahu disebelahkiri mendayung mundur.
d) Aba–aba kanan mundur digunakan untuk membelokan sudut arah perahu ke arah kanan dengan cara awak perahu bagian kiri mendayung maju dan awak perahu bagian kanan mendayung mundur.
e) Aba–aba stop digunakan bukan berarti unutk menghentikan laju perahu melainkan memberhentikan gerakan mendayung dari awak perahu. Fungsinya untuk mempermudah pemandu atau skipper unutk melakukan manuver terutama di arus deras atau bermanfaat mengistirahatkan awak perahu apabila sudah terlihat kelelahan.
f) Aba-aba pindah kiri atau pindah kanan digunakan oleh para pemandu untuk menghindarkan dari perahu terbalik (flip) atau menempel di batu (wrap). Caranya bila kapten menginstruksikan untuk pindah kiri maka awak perahu yang disebelah kanan harus pindah ke sebelah kiri perahu begitu juga sebaliknya. Instruksi ini harus dilakukan dengan gerakan yang cepat karena kalau terlambat akan menyebabkan perahu terbalik.
4. Padlle Manuver
Dasar utama melakukan paddle manuver yaitu dengan ferrying. Caranya arahkan sudut perahu kesebelah kiri atau kesebelah kanan dengan membentuk sudut 45 derajat arah arus lalu diikuti oleh awak perahu dengan mendayung kedepan secara bersamaan atau disebut juga ferrying 45 yang fungsinya menghindari stopper atau batu dijeram.
Ada dua jenis padlle manuver, yaitu :
a) Up Stream Ferrying artinya gerakan laju perahu kehulu sungai.
b) Down Stream Ferrying artinya gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada intinya sama dengan Up Stream namun bedanya ini menuju ke hilir.
5. Scouting
Adalah pengamatan awal sebelum mengarungi riam. Scouting dilakukan dengan dua cara yaitu scouting darat dan scouting diatas perahu.
a) Scouting darat
Scouting ini didarat dimana perahu kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri sungai Sambil mengamati jeram-jeram yang akan dilalui. Scouting ini dilakukan bila riam yang ada didepan kita tidak terlihat sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan atau permukaan sungai yang tiba-tiba hilang.
b) Scouting diatas perahu
Scouting ini dilakukan diatas perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih dahulu. Scouting ini digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu keputusan dalam memasuki suatu jeram. Scouting ini biasa juga disebut dengan istilah “Read and Run”.
4.2 Karakteristik Sungai
Karakteristik sungai yang satu dengan yang lainnya berbeda. Faktor utama yang membedakannya adalah :
a) Volume air
Besarnya volume air sungai tergantung daerah aliran sungai yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Volume air atau debit air sungai dapat dihitung dalam satuan cfs, atau meter kubik per detik (m3/det). Mengetahui volume air sangatlah penting untuk memperhitungkan tingkat kesulitan sehingga dapat memperkirakan resiko yang akan dihadapi dalam pengarungan. Umumnya, jika volume air meningkat maka akan berbanding lurus dengan tingkat kesulitannya., begitu juga sebaliknya.
b) Tingkat kemiringan atau kecuraman
Biasanya disebut juga dengan gradien yaitu menunjukan rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda, gradien dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya dinyatakan dala m/km. Umumnya gradien sungai untuk kegiatan arung jeram berkisar antara 10 – 20 m/km. Kecuraman atau kemiringan sungai dapat dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kecepatan dan kesulitan alur aliran sungai.
c) Tonjolan dasar sungai (Roughness)
Letak batuan atau tonjolan didasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran sungai. Semakin tidak beraturan letak batu didasar sungai semakin besar pusaran airnya. Terjadinya sebuah jeram sangat ditentukan oleh bentuk dan ukuran serta tata letak dari batuan yang berada dibawah permukaan air sungai.
d) Penyempitan lebar penampang sungai (Constriction)
Penampang sungai tidak selalu sama lebarnya. Semakin sempit penampang sungai, semakin deras arusnya. Biasanya setelah penyempitan maka akan terbentuk ombak beruntun.
Bentuk–bentuk arus sungai (Riam)
Riam adalah berbagai macam bentuk dan kecepatan aliran sungai, baik dari permukaan hinga dasar sungai. Biasanya arus tercepat adalah ketika mendekati permukaan. Berikut bentuk-bentuk arus yang ada di sungai.
a) Aliran Utama (Main Flow)
Arus sungai yang paling cepat adalah aliran utama. Aliran utama marupakan bagian dari lintasan sungai yang paling baik untuk diarungi karena merupakan daerah paling dalam dan paling cepat arusnya , selain itu juga paling aman dan paling menyenangkan.
b) Jeram (Rapid)
Merupakan bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan turbulensi. Barisan jeram pada umumnya diselingi dengan lubuk sungai, yaitu bagian dari sungai yang dalam dan mengalir tenang.
Jeram terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu:
1. Lidah Air (Tongue)
Terbentuk diantara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan percepatan. Bentuknya menyerupai huruf “V”. umumnya merupakan lintasan yang terbaik untuk diarungi.
2. Gelombang Tegak (Standing Wave)
Karena penurunan dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa tonjolan batuan yang menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan gelombang terbesar, selanjutnya lebih kecil dan akhirnya menjadi datar kembali. Barisan gelombang ini terbentuk setengah lidah air.
3. Gelombang Balik (Reversal)
Merupakan arus yang berputar dari bawah keatas dan membalik kearah hulu disebabkan penurunan dasar sungai secara ekstrim
Ada tiga jenis gelombang balik
a) Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air.
b) Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk diding yang hampir vertikal.
c) Gelombang pecah, disebabkan oleh kemiringan didasar sungai dan tiba-tiba mendatar kembali.
4. Arus Balik (Eddies)
Arus balik adalah tempat dimana arus sungai seakan-akan berhenti atau mengalir balik kearah hulu dan seperti pusaran.
Macam-macam eddies :
a) Mid stream eddies adalah eddy yang terletak ditengah sungai, seperti ada rintangan atau batu ditengah sungai , maka akan terbentuk eddy ditengah sungai dibalik rintangan itu.
b) Short Line Eddies adalah eddy yang terletak dipinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau lengkungan di pinggir sungai.
Tingkat kesulitan sungai menurut skala Internasional
1. Skala I : “Easy”
Berombak-ombak kecil, tanpa hambatan yang berarti.
2. Skala II : “Medium”
Riam yang tidak begitu sulit dilalui denganlintasan yang bersih dari batu-batu. Memerlukan pengalaman dan perlengkapan perahu yang memadai
3. Skala III : “Difficult”
Banyak ombak tinggi, tidak beraturan, berbatu-batu, arus balik, riam-riam dengan lintasan yang bersih dari batuan. Biasanya memerlukan scouting, membutuhkan perahu yang baik dan tim yang terlatih
4. Skala IV : “ Very Dificulty”
Jeram-jeram yang panjang, ombak-ombak yang kuat, tak beraturan, jeram yang satu diikuti dengan jeram yang lainnya. Arus balik yang kuat, sukar melakukan scouting. Diperlukan kekuatan penuh dan kecepatan manuver, serta perahu dan peralatan yang sangat baik.
4.3 River Rescue
Pengarungan sungai akan lebih aman apabila dilakukan dua atau lebih perahu yang melakukan secara bersama-sama, tetapi akan lebih baik lagi apabila perahu-perahu tersebut didampingi oleh lead raft yang selalu berada didepan dan sweep raft yang bertugas menyapu dibelakang.
Lead raft biasanya terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dan bertindak sebagai penunjuk jalan bagi perahu sesudahnya. Sedangkan sweep raft yang berisi orang-orang yang ahli juga tetapi berfungsi sebagai back up pada perahu yang ada didepannya.
Ketika terjadi kecelakaan/masalah di sungai, dibutuhkan orang yang segera bertindak dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan memang diperlukan.
Self Rescue
Seorang rafter harus mampu melakukan self rescue dengan baik. Seperti : bagaimana cara berenang dengan teknik agresif atau defensif, bagaimana membalikan perahu terbalik dengan cepat serta mengamankan atau menolongkan awak perahu yang terjatuh kesungai.
1. Berenang di sungai
Berenang di sungai berbeda dengan berenang di kolam renang. Disungai berjeram pendayung harus mengetahui letak eddies, arus yang kuat serta tanda-tanda bahaya yang akan dihadapi. Yang pasti ketika berenang di sungai harus relax dan aman.
Ada dua jenis teknik berenang di sungai berjeram, yaitu agresif (berenang dengan gaya bebas) dan defensif (berenang dengan gaya punggung dengan kaki menghadap ke hilir) atau kombinasi kedua gaya tersebut dengan teknik sebagai berikut : berusaha tetap tenang, mengahadap kearah downstream, berenang dengan gaya punggung dengan kaki diangkat kepermukaan air dan kaki di depan (kearah downstream) serta tangan kesamping untuk mencari irama arus dan bernafas di lembah gelombang. Kalau perlu putar kepala kekiri atau kekanan kalau ada ombak atau gelombang dan setelah melihat eddies arahkan tangan ke wilayah dalam eddies dan rubah posisi renang dengan teknik agresif.
2. Re-Flip
Jika suatu saat perahu terbalik karena sesuatu hal, awak perahu harus segera membalikan kembali perahu dan menolong teman-temannya yang hanyut.. Membalikan perahu dapat menggunakan tali flip yang berada dipiggir perahu.
Seorang rafter yang terlatih dapat menaiki perahu dari semua sisi tetapi yang paling mudah untuk dinaiki adalah bagian depan dan belakang perahu dengan cara memegang self bailer. Pada saat membalikan perahu harus hati-hati ketika menjatuhkan diri ke air, karena apabila menjatuhkan diri mengenai batu maka bahaya lanjutan akan dihadapi.
3. Hole dan Dam
Kekuatan arus balik yang tinggi pada hole yang besar serta dam dapat membuat awak perahu atau pendayung berputar-putar tanpa menemui jalan keluar. Pelampung yang dipakai mungkin tidak cukup membuat awak perahu tersebut mengapung dan apabila ini terjadi maka harus menggunakan teknik bagaimana keluar dari jebakan arus putar tersebut.
Satu-satunya jalan keluar adalah pada bagian bawah arus sungai. Awak perahu diharuskan tidak panik dan mengingat mana arus yang membuat dia berbalik arah semula (Back Wash) dan mana arus yang bawah (dorongan dari upstream) yang kuat. Pada posisi backwash adalah posisi tempat dimana pendayung bernafas dan setelah itu apabila kita pada posisi air jatuh, maka posisi yang terbaik posisi jongkok dengan memegang-melingkari kaki dan mengikuti arus bawah yang akan membawa kita ke posisi outflow dan setelah itu berenanglah ke pinggir sungai. JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK KELUAR DARI HOLE …!!
Pada dam, kejadian akan lebih sulit lagi. Hanya ada satu syarat pada dam, yaitu “ jangan lewati jenis jeram seperti ini karena anda akan diputar sampai air sungai menjadi kering.
4. Strainers and Sweepers
Strainers dan sweepers terjadi disebabkan oleh halangan pohon atau batangan bambu yang melintang dipermukaan sungai. Strainers atau sweepers dapat menahan pelampung atau dayung yang tercebur disungai pada ranting atau penghalang yang berada dibawah permukaan strainer.
Cara melewati strainers adalah dengan cara : apabila kita sudah mendekati strainers maka teknik berenang dirubah menjadi agresif dan dengan sekuat tenaga melompati penghalang tersebut. Ingat, arus strainer tersebut sangat kuat sehingga dapat menyedot kita kebawah.
5. Menolong perenang dari atas perahu
Ketika perahu mengalami benturan dengan batu atau jeram yang besar, mungkin ada satu atau dua penumpang yang jatuh ke sungai, maka pendayung yang berada diatas perahu harus melakukan pertolongan dengan cepat agar tidak mengalami situasi yang lebih berbahaya yaitu dengan cara :
Dekatkan perahu dengan perenang , apabila jauh gunakan T-Grip agar dia bisa meraihnya. Setelah meraih perenang, hadapkan pada perahu dan pegang bagian pundak serta tarik dengan cepat keatas perahu. Selama menolong perenang perahu harus pada posisi siap dalam memasuki jeram-jeram berikutnya, karena jangan sampai semua penumpang menjadi perenang.
6. Wrap
Wrap adalah kondisi dimana perahu terjebak di batu dimana salah satu sisi perahu dibawah permukaan air atau seluruh sisinya terjebak dibawah permukaan air/tertahan oleh batu. Perahu yang mengalami wrap diatas batu-mungkin masih menyisakan temapat untuk pendayung diatas batu, tetapi apabila kejadian wrap ditebing maka keadaan bahaya menunggu seluruh pendayungnya, karena kita tidak tahu apa yang ada dalam permukaan air. Oleh karena itu seorang rafter jangan pernah berpikir untuk melakukan kesalahan manuver sehingga menyebabkan wrap.
Apabila keadaan wrap terjadi, maka jangan panik. Lakukan prioritas rescue, yaitu :
a) Keamanan diri sendiri
b) Keamanan dari setiap pendayung
c) Baru keamanan perlengkapan
Z drag
Z-Drag system adalah sistem tali yang populer unutk rescue perahu yang mengalami wrap Z-Drag System yang dasar adalah 3 : 1, (Lihat Gambar) dimana dibutuhkan satu tali yang panjang, pulley, carabiner, prusik, dan webing unutk anchor. System ini bisa dikembangkan sampai 9 : 1.
( Sumber : http://gpasman2.wordpress.com )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah CAVING

Caving

 
Sebuah gua vertikal di Alabama, AS
 
Caving -juga kadang-kadang dikenal sebagai spelunking di Amerika Serikat dan Potholing di Inggris dan Irlandia-adalah rekreasi hobi menjelajahi alam liar (umumnya non- komersial ) gua sistem. Sebaliknya, ilmu pengetahuan gua adalah studi ilmiah dari gua dan lingkungan gua. [ 1 ]
Tantangan terlibat dalam kegiatan ini tergantung pada gua yang dikunjungi, namun biasanya termasuk negosiasi lapangan , meremas, dan air (meskipun sebenarnya menyelam gua adalah terpisah sub-spesialisasi yang dilakukan oleh cavers sangat sedikit). Climbing atau merangkak sering diperlukan, dan tali yang digunakan secara luas untuk negosiasi aman terutama bagian curam atau licin.
Gua telah dieksplorasi karena kebutuhan (untuk berlindung dari elemen atau dari musuh) , karena penasaran atau karena alasan mistis selama ribuan tahun. Namun, hanya pada abad terakhir atau dua memiliki aktivitas berkembang menjadi hobi, canggih atletik. Dalam beberapa dekade terakhir, caving telah berubah karena ketersediaan pakaian pelindung dan peralatan modern. Baru-baru ini kemudian dikenal sebagai " olahraga ekstrim "oleh beberapa (meskipun tidak umum dianggap seperti itu oleh para praktisi, yang mungkin tidak menyukai istilah untuk konotasinya dianggap mengabaikan keselamatan).
Banyak keterampilan yang terlibat dalam wisata goa juga dapat dimanfaatkan dalam eksplorasi tambang dan eksplorasi perkotaan .

Isi

Motivasi

Caving sering dilakukan untuk kenikmatan dari kegiatan outdoor atau untuk latihan fisik, serta eksplorasi asli, mirip dengan gunung atau menyelam . Ilmu fisik atau biologis juga merupakan tujuan penting untuk beberapa cavers. Virgin gua sistem terdiri dari beberapa daerah yang belum dijelajahi terakhir di Bumi dan banyak usaha yang dimasukkan ke dalam mencoba untuk mencari dan memasukkan mereka. Di daerah baik dieksplorasi (seperti sebagian besar negara maju), gua-gua yang paling mudah telah dieksplorasi, dan mendapatkan akses ke gua-gua baru seringkali memerlukan penggalian atau menyelam .

Penamaan masalah

 
Caving di utara Inggris , daerah yang juga populer untuk menjelajahi lubang
Tanah liat Perry , seorang caver Amerika tahun 1940-an, menulis tentang sekelompok pria dan anak laki-laki yang menjelajahi dan mempelajari gua-gua di seluruh New England . Kelompok ini disebut diri mereka sebagai spelunkers , istilah yang berasal dari bahasa Latin Spelunca [ 2 ] dan Yunani σπῆλυγξ (spēlunks) [ 3 ] yang berarti "gua". Hal ini dianggap sebagai penggunaan pertama dari kata dalam Amerika . Sepanjang tahun 1950, spelunking adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelajahi gua-gua di Bahasa Inggris AS . Itu digunakan secara bebas, tanpa ada konotasi positif atau negatif, meskipun jarang di luar AS.
Pada tahun 1960, istilah spelunking dan spelunker mulai dipertimbangkan déclassé kalangan penggemar berpengalaman. Mereka mulai menyampaikan gagasan cavers berpengalaman, dengan menggunakan sumber cahaya tidak dapat diandalkan dan pakaian katun. Pada tahun 1985, Steve Knutson (editor dari NSS publikasi Kecelakaan Caving Amerika ) membuat perbedaan yang berikut:
... Perhatikan bahwa saya menggunakan 'spelunker' istilah untuk menunjukkan seseorang yang tidak terlatih dan tidak memiliki pengetahuan yang dalam teknik eksplorasi saat ini, dan 'caver' bagi mereka yang.
Sentimen ini dicontohkan oleh stiker dan kaos ditampilkan oleh cavers banyak: "spelunkers penyelamatan Cavers". Potholing mengacu pada tindakan eksplorasi lubang , sebuah kata yang berasal di bagian utara Inggris untuk sebagian besar gua-gua vertikal . Istilah ini sering digunakan sebagai sinonim untuk caving.

Sejarah

Caving dipelopori oleh Edouard Alfred Martel- (1859-1938) yang pertama kali mencapai keturunan dan eksplorasi Gouffre de Padirac , Perancis pada awal 1889 dan turunnya lengkap pertama dari poros 110 meter vertikal pada basah menganga Gill , di Yorkshire , Inggris pada 1895. Ia mengembangkan teknik sendiri berdasarkan tali dan tangga logam. Martel mengunjungi Kentucky dan terutama Mammoth Cave National Park pada Oktober 1912. Terkenal AS caver Floyd Collins dibuat pada tahun 1920 eksplorasi penting di daerah itu. Pada 1930, sebagai caving menjadi semakin populer, tim eksplorasi kecil baik di Pegunungan Alpen dan di dataran tinggi karst dari barat daya Perancis ( Causses dan Pyrenees ) berubah eksplorasi gua di kedua kegiatan ilmiah dan rekreasi. Robert de Joly , Guy de Lavaur dan Norbert Casteret adalah tokoh saat itu. Mereka disurvei sebagian besar gua-gua di barat daya Perancis. Selama Perang Dunia II, sebuah tim terdiri dari pegunungan Pierre Chevalier , Fernand Petzl , Charles Petit-Didier dan lainnya menjelajahi Dent de Crolles sistem gua dekat Grenoble , Prancis yang menjadi gua dieksplorasi terdalam di dunia (-658m) pada waktu itu. Kurangnya peralatan yang tersedia selama perang dipaksa Pierre Chevalier dan seluruh tim untuk mengembangkan peralatan mereka sendiri, yang mengarah ke inovasi teknis. Skala-kutub (1940), nilon tali (1942), penggunaan bahan peledak di gua-gua (1947) dan mekanik tali-ascenders (Henri Brenot itu "monyet", pertama kali digunakan oleh Chevalier dan Brenot di sebuah gua di 1934) dapat langsung berhubungan untuk eksplorasi sistem Dent de Crolles gua.
Pada tahun 1941, Amerika cavers mengorganisir diri ke dalam Masyarakat Speleological Nasional (NSS) untuk memajukan eksplorasi, konservasi, penelitian, dan pemahaman tentang gua-gua di Amerika Serikat. Amerika caver Bill Cuddington , yang dikenal sebagai "Bill Vertikal", mengembangkan teknik tali tunggal (SRT) di akhir 1950-an. Pada tahun 1958, dua alpinists Swiss, Juesi dan Marti bekerja sama bersama-sama, menciptakan ascender tali pertama dikenal sebagai Jumar . Pada tahun 1968 Bruno Dressler bertanya Fernand Petzl , yang bekerja sebagai masinis logam, untuk membangun alat tali-naik, hari ini dikenal sebagai Croll Petzl , bahwa ia telah dikembangkan dengan mengadaptasi Jumar untuk pit caving. Mengejar perkembangan ini, Petzl dimulai pada 1970-an peralatan caving perusahaan manufaktur bernama Petzl . Perkembangan rak rappel dan evolusi sistem kenaikan mekanik diperpanjang praktek dan keselamatan eksplorasi sumur ke tempat yang lebih besar dari cavers.

Praktek dan peralatan


Caver dalam gua Alabama menunjukkan keausan caving umum: baju dan helm-mount lampu.
Helm dipakai untuk melindungi kepala dari benturan dan batu jatuh. Sumber utama Cahaya caver yang biasanya dipasang di helm untuk menjaga tangan gratis. Lampu listrik yang paling umum, dengan lampu halogen menjadi standar dan putih LED sebagai teknologi bersaing baru. Banyak cavers membawa dua atau lebih sumber cahaya - satu sebagai primer dan yang lain sebagai cadangan jika yang pertama gagal. Lebih sering daripada tidak, cahaya kedua akan dipasang ke helm untuk transisi cepat jika gagal primer. Carbide lampu sistem adalah bentuk lama dari iluminasi, terinspirasi oleh peralatan penambang, dan masih digunakan oleh beberapa cavers. [ 4 ]
Tipe dari pakaian yang dikenakan bawah tanah bervariasi sesuai dengan lingkungan gua yang dieksplorasi, dan budaya lokal. Dalam gua dingin, caver dapat memakai lapisan dasar hangat yang mempertahankan sifat-sifatnya isolasi ketika basah, seperti bulu domba gugatan ("berbulu") dan / atau polypropylene pakaian dalam, dan oversuit dari awet (misalnya, cordura ) dan / atau tahan air (misalnya PVC ) bahan. Pakaian ringan dapat dipakai di gua-gua yang hangat, terutama jika gua kering, dan di gua-gua tropis pakaian polypropylene tipis yang digunakan, untuk menyediakan beberapa perlindungan sementara abrasi tersisa sekeren mungkin. pakaian selam dapat dipakai jika gua sangat basah atau melibatkan aliran bagian. Di kaki sepatu yang dikenakan - hiking gaya sepatu di gua-gua kering, atau sepatu karet (seperti Wellies ) sering dengan neoprene kaus kaki ("wetsocks") di gua-gua basah. Lutut -bantalan (dan kadang-kadang siku -bantalan) yang populer untuk melindungi sendi selama menjelajah. Tergantung pada sifat dari gua, sarung tangan kadang-kadang dipakai untuk melindungi tangan terhadap abrasi dan / atau dingin. Di daerah yang masih asli dan untuk restorasi, oversuits bersih dan bubuk bebas, non-lateks sarung tangan bedah yang digunakan untuk melindungi diri dari gua kontaminan.
Tali yang digunakan untuk turun atau naik pitches (" Single Rope Technique ") atau untuk perlindungan. Simpul umum digunakan dalam caving adalah tokoh-of-delapan - (atau tokoh-of-sembilan -) loop, bowline , alpine kupu-kupu , dan halangan Italia . Tali biasanya dicurangi menggunakan baut , sling , dan carabiner . Dalam beberapa kasus cavers dapat memilih untuk membawa dan menggunakan logam fleksibel tangga .
Selain peralatan yang sudah dijelaskan, cavers sering membawa paket berisi pertolongan pertama kit, peralatan darurat, dan makanan. Wadah untuk aman mengangkut urin juga sering dilakukan. Pada perjalanan panjang, wadah untuk aman mengangkut kotoran keluar dari gua dilakukan.
Selama perjalanan sangat panjang, mungkin perlu untuk berkemah di gua. Ini memerlukan caver membawa tidur dan peralatan memasak.

Keselamatan

Caver Sebuah dimulai keturunan tali poros vertikal menggunakan rak meluncur.
Gua bisa menjadi tempat yang berbahaya; hipotermia, jatuh , banjir , batu jatuh dan fisik kelelahan adalah risiko utama. Menyelamatkan orang-orang dari bawah tanah adalah sulit dan memakan waktu, dan membutuhkan keterampilan khusus, pelatihan, dan peralatan. Skala penuh gua menyelamatkan sering melibatkan upaya puluhan pekerja penyelamat (sering panjang lainnya waktu cavers yang telah berpartisipasi dalam program khusus, sebagai staf penyelamatan normal tidak cukup berpengalaman dalam lingkungan gua), yang mungkin sendiri dimasukkan dalam bahaya dalam mengefektifkan penyelamatan. Ini berkata, caving tidak selalu olahraga berisiko tinggi (terutama jika hal itu tidak melibatkan tanjakan sulit atau menyelam). Seperti di semua olahraga fisik, mengetahui keterbatasan seseorang adalah kunci.
Risiko diminimalisir dengan sejumlah teknik:
  • Memeriksa bahwa tidak ada bahaya dari banjir selama ekspedisi. Air hujan disalurkan bawah tanah dapat membanjiri gua sangat cepat, menjebak orang di cut-off bagian dan tenggelam mereka. Setelah jatuh, ini adalah kecelakaan fatal kemungkinan besar di caving. [ rujukan? ]
  • Menggunakan tim dari beberapa, lebih disukai sedikitnya empat cavers. Jika cedera terjadi, satu caver tetap dengan orang yang terluka sementara dua lainnya keluar untuk membantu, memberikan bantuan satu sama lain dalam perjalanan mereka keluar.
  • Memberitahukan orang di luar gua untuk waktu pengembalian dimaksudkan. Setelah penundaan yang tepat tanpa imbalan, ini kemudian akan mengorganisir tim pencari (biasanya dibuat oleh cavers lainnya terlatih dalam gua menyelamatkan , bahkan personil darurat profesional tidak mungkin memiliki keterampilan untuk mempengaruhi penyelamatan dalam kondisi sulit).
  • Penggunaan helm-mount lampu (handsfree) dengan baterai ekstra. Cavers Amerika merekomendasikan minimal tiga sumber independen cahaya per orang, tapi dua lampu adalah praktek yang umum di antara cavers Eropa. [ rujukan? ]
  • Kokoh pakaian dan alas kaki, serta helm , diperlukan untuk mengurangi dampak dari lecet, jatuh, dan benda yang jatuh. Serat sintetis dan wol, yang cepat kering, meneteskan air, dan hangat saat basah, yang sangat disukai untuk bahan katun, yang menahan air dan meningkatkan risiko hipotermia. Hal ini juga berguna untuk memiliki beberapa lapis pakaian, yang dapat menjelaskan (dan disimpan dalam kemasan) atau ditambahkan sesuai kebutuhan. Dalam bagian gua berair, polypropylene pakaian dalam termal atau pakaian selam mungkin diperlukan untuk menghindari hipotermia .
  • Bagian gua terlihat berbeda dari arah yang berbeda. Dalam gua panjang atau kompleks, bahkan cavers berpengalaman dapat menjadi hilang. Untuk mengurangi risiko menjadi hilang, perlu untuk menghafal penampilan poin navigasi kunci dalam gua seperti yang disahkan oleh pihak menjelajahi. Setiap anggota tanggung jawab gua saham pesta untuk bisa mengingat rute keluar dari gua. Dalam beberapa gua-gua itu dapat diterima untuk menandai sejumlah kecil dari sambungan kunci dengan tumpukan kecil atau "tugu" dari batu, atau meninggalkan tanda tidak tetap seperti visibilitas tinggi kaset lesu terkait dengan proyeksi.
  • Wisata goa vertikal menggunakan tangga atau SRT ( Single Rope Technique ) untuk menghindari kebutuhan untuk memanjat bagian yang terlalu sulit. SRT namun adalah keterampilan yang kompleks dan memerlukan pelatihan yang tepat sebelum digunakan bawah tanah dan kebutuhan peralatan terawat. Beberapa tetes yang abseiled bawah mungkin sedalam beberapa ratus meter (misalnya Lubang Harwood ).

Gua konservasi

Lingkungan gua banyak yang sangat rapuh. Banyak speleothems dapat rusak oleh bahkan sedikit sentuhan dan beberapa sebagai sedikit oleh dampak sebagai napas.
Pencemaran juga menjadi perhatian. Karena air yang mengalir melalui gua akhirnya keluar di sungai dan sungai, polusi akhirnya mungkin berakhir dalam air minum seseorang, dan dapat bahkan serius mempengaruhi lingkungan permukaan, juga. Bahkan polusi ringan seperti menjatuhkan bahan organik dapat memiliki efek dramatis pada biota gua.
Gua tinggal spesies juga sangat rapuh, dan sering, suatu spesies tertentu ditemukan di sebuah gua dapat hidup di dalam gua itu saja, dan dapat ditemukan di tempat lain di dunia, seperti udang gua Alabama . Gua tinggal spesies terbiasa dengan iklim dekat-konstan suhu dan kelembaban, dan gangguan apapun dapat mengganggu siklus kehidupan spesies. Meskipun satwa liar gua tidak selalu segera terlihat, biasanya tetap hadir dalam gua-gua yang paling. Kelelawar adalah satu spesies rapuh seperti gua tinggal hewan. Kelelawar yang hibernasi yang paling rentan selama musim dingin, bila tidak ada suplai makanan ada di permukaan untuk mengisi toko kelelawar energi harus itu terbangun dari hibernasi. Kelelawar yang bermigrasi yang paling sensitif selama bulan-bulan musim panas ketika mereka membesarkan anak mereka. Untuk alasan ini, gua mengunjungi dihuni oleh kelelawar berhibernasi tidak disarankan selama bulan-bulan dingin, dan gua mengunjungi dihuni oleh kelelawar bermigrasi tidak disarankan selama bulan-bulan hangat ketika mereka yang paling sensitif dan rentan. Karena suatu penderitaan yang mempengaruhi kelelawar di timur laut Amerika Serikat yang dikenal sebagai sindrom hidung putih (WNS), [ 5 ] Amerika Serikat Ikan & Wildlife Service telah menyerukan moratorium [1] efektif 26 Maret 2009 pada kegiatan caving di negara-negara dikenal memiliki hibernacula (MD, NY, VT, NH, MA, CT, NJ, PA, VA, dan Virginia Barat) yang disebabkan oleh WNS, serta negara yang berdampingan. Beberapa bagian gua mungkin ditandai dengan pita lesu atau indikator lain untuk menunjukkan secara biologis, estetis, atau daerah arkeologis sensitif. Jalan Ditandai dapat menunjukkan cara untuk daerah terutama rapuh seperti lantai murni pasir atau lumpur yang mungkin ribuan tahun, berasal dari air terakhir kali mengalir melalui gua. Deposito tersebut dengan mudah dapat dimanjakan selamanya dengan langkah salah tempat tunggal. Formasi aktif seperti Flowstone dapat juga dirusak dengan tapak berlumpur atau handprint, dan artefak manusia purba, seperti produk serat, bahkan mungkin hancur menjadi debu di bawah semua tapi sentuhan paling lembut.

Caving organisasi

Cavers di banyak negara telah menciptakan organisasi untuk administrasi dan pengawasan caving kegiatan dalam bangsa mereka. Paling tua ini adalah Federasi Perancis ilmu pengetahuan gua (awalnya Société de spéléologie) didirikan oleh Edouard Alfred Martel- pada tahun 1895, yang menghasilkan jurnal berkala pertama dalam ilmu pengetahuan gua, Spelunca . Para Masyarakat Speleological Nasional dari Amerika Serikat kemudian didirikan pada tahun 1941 (awalnya dibentuk sebagai Speleological Society dari District of Columbia pada tanggal 6 Mei 1939) dan Masyarakat Swiss ilmu pengetahuan gua diciptakan pada tahun 1939 di Jenewa, tetapi lembaga Speleological pertama di dunia didirikan pada 1920 di Cluj-Napoca , Rumania, oleh Emil Racoviţă , ahli biologi Rumania, zoologi, speleologist dan penjelajah dari Antartika. Para Pakistan Gua Penelitian & Caving Federasi didirikan di Pakistan pada 1997.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SEJARAH PECINTA ALAM

Jika saja kita mau melihat ke masa lalu sebetulnya sejarah manusia erat hubungannya dengan alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia masih berburu dan mengumpulkan makanan (meramu), alam adalah tempat tinggal mereka, tempat mereka bergantung dan hidup. Jajaran pegunungan adalah tempat mereka bersandar, lembah padang rumput merupakan tempat mereka berbaring, sungai adalah tempat mereka melepaskan dahaga, dan goa-goa adalah tempat mereka berlindung dari sengatan matahari dan terpaan hujan. Akan tetapi setelah manusia menemukan kebudayaan dan teknologi, alam menjadi seperti barang aneh dan selalu di eksploitasi. Manusia mulai mendirikan bangunan untuk mereka berlindung, manusia mulai menciptakan barang-barang untuk mendapatkan kemudahan dalam hidup mereka walau mereka tak menyadari barang-barang tersebut dapat mencemari alam. Manusia juga menciptakan gedung-gedung bertingkat untuk mengangkat kepala mereka dan menonjolkan keegoisan mereka, hingga pada akhirnya manusia dan alam mengukir sejarahnya sendiri-sendiri. Ketika keduanya bersatu dan saling menghormati kembali, maka saat itulah Sejarah Pecinta Alam dimulai:
Pada sekitar tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m) di kawasan Vercors Massif. Waktu itu belumlah terlalu jelas apakah mereka ini tergolong sebagai para pendaki gunung yang pertama. Namun beberapa dekade kemudian orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois (sejenis kambing gunung). Mungkin saja mereka ini para pemburu yang mendaki gunung, namun inilah pendakian gunung tertua yang pernah dicatat dalam sejarah. Pada sekitar tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dapat dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Perancis. Lalu pada tahun 1852 puncak Everest setinggi 8840 meter diketemukan. Orang-orang Nepal menyebutnya Sagarmatha atau menurut orang Tibet menyebutnya Chomolungma. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itulah pendakian ke atap-atap dunia semakin ramai.
Di Indonesia sendiri sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan “Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju” di Papua. Nama orang Eropa ini dikemudian hari digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yaitu Puncak Carstensz. Pada tanggal 18 Oktober 1953 di Indonesia berdiri sebuah perkumpulan yang diberi nama “Perkumpulan Pentjinta Alam” (PPA). PPA merupakan perkumpulan hobby yang dimaksudkan sebagai suatu kegemaran positif terlepas dari sifat maniak yang semata-mata ingin melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Perkumpulan ini bertujuan mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap negeri ini selepas masa revolusi yang diwujudkan dengan mencintai alamnya serta memperluas dan mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Awibowo, salah satu pendiri perkumpulan ini mengusulkan istilah pecinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.”Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini ?.” Satu kegiatan besar yang pernah diadakan PPA adalah pameran tahun 1954 dalam rangka ulang tahun kota Jogja, mereka membuat taman dan memamerkan foto kegiatan. Mereka juga sempat merenovasi Argodumilah (tempat melihat pemandang di desa Patuk) tepat di jalan masuk Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. PPA juga sempat menerbitkan majalah “Pecintja Alam” yang terbit bulanan. Namun sayang perkumpulan ini tidak berumur lama, penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung hingga akhirnya pada tahun 1960 PPA dibubarkan.
Sejarah pecinta alam kampus di Indonesia dimula pada era tahun 1960-1970 an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan dikeluarkannya SK 028/3/1978 tentang Pembekuan Total Kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan Konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan mula-mula pendirian Pecinta Alam kampus dikemukakan oleh Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964 ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah bekerja bakti di TMP Kalibata. Sebetulnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat, namun sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Setelah berbincang – bincang selama kurang lebih satu jam semua yang hadir antara lain : Soe Hok Gie, Maulana, Koy Gandasuteja, Ratnaesih (kemudian menjadi Ny. Maulana), Edhi Wuryantoro, Asminur Sofyan Udin, D armatin Suryadi, Judi Hidayat Sutarnadi, Wahjono, Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian menjadi Ny. Judi Hidayat) sepakat untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan harinya di FSUI.
Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, di depan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah disebut ditambah Herman O. Lantang yang saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu
IMPALA singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah pendapat ditampung akhirnya diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar merubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bpk. Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, selain itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat perlindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal 11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.
Dalam tulisannya di Bara Eka (13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan bahwa, “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.” Para mahasiswa itu diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, mencoba menghargai dan menghormati alam dengan menapaki alam mulai dari lautan hingga ke puncak-puncak gunung. Mencoba mencari makna akan hidup yang sebenarnya dan mencoba membuat sejarah bahwa manusia dan alam sekitar mempunyai kaitan yang erat. Sejak saat itulah Pecinta Alam merasuk tak hanya di kampus melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, lorong-lorong bahkan ke dalam jiwa-jiwa bebas yang merindukan pelukan sang alam.
Salam Rimba Lestari
Sumber:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS